Cilegon – Puluhan Ulama dan Tokoh Masyarakat Kota Cilegon menggelar diskusi bersama dan silaturahmi yang diinisiasi oleh Forum Masyarakat Cilegon Bangkit (FMCB) di Hotel Sari Kuring Indah Kota Cilegon, Selasa (25/6/2019) malam.
Dalam acara yang bertemakan Menatap Masa Depan Kota Cilegon tersebut turut di hadiri Pengasuh Ponpes Al-Furqon Citangkil KH. Luqman Harun, Sekjend PB. Al-Khairiyah KH. Nawawi Sahim, serta H. Nasir yang menjadi Keynote Speaker dalam forum yang dihadiri oleh para ustadz serta unsur pengusaha yakni H. Yoyo Dwi Martanto.
Ketua FMCB Mustairidi menceritakan historis terbentuknya forum tersebut sejak sekitar sepuluh tahun silam. Dimana saat itu mampu memunculkan figur Calon Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Cilegon 2010 dari jalur independen. Dan lima tahun kemudian tidak mengusung dan mendukung calon manapun di Pilkada Cilegon 2015, karena dirasa tidak ada figur yang cocok.
“Tokoh ulama dan tokoh masyarakat yang tergabung ini dari 8 kecamatan di Cilegon yang kita undang, diharapkan mampu menyumbangkan saran dan gagasan untuk Cilegon kedepan menjadi lebih baik,” katanya.
Lanjut dia menjelaskan secara spesifik bagaimana forum ini kedepan bisa menjaring figur pemimpin Kota Cilegon yang direstui oleh kalangan ulama layaknya ijtima ulama.
“Dengan silaturahmi dan hasil rembug para tokoh agama dan masyarakat yang pada tahun ini ada Pilkada 2020, untuk bagaimana menyamakan presepsi, untuk menseleksi, menciptakan dan memunculkan figur pemimpin Cilegon yang layak dan pantas untuk kita usung, Menguatnya keinginan kebangkitan kota Cilegon menjadi lebih baik, dengan falsafah bahwa esok harus lebih baik dari Hari ini,” jelasnya.
Selanjutnya Sekretaris FMCB, Ali Fahmi menceritakan bahwa acara yang digagas kemudian terlaksana adalah swadaya tanpa ada sponsor atau kepentingan elite politik manapun dengan tujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi dari realitas di Kota Cilegon di berbagai sektor yang diulas mendalam.
“Acara ini akan menjadi awal dalam mengkritisi Serta mencari solusi terbaik, momentum
Pilkada 2020 merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat.
Pilkada harus menjadi wujud keterlibatan masyarakat dalam proses politik,” terangnya.
Terlebih Ali Fahimi memaparkan bahwa agenda diskusi tersebut lebih mengedepankan evaluasi terhadap Perjalanan Kota Cilegon yang harus diakui ada beberapa keberhasilan dan juga kekurangannya.
“Acara ini Jangan diartikan menyudutkan pihak manapun. Pembangunan Cilegon dirasa lambat, padahal banyaknya potensi yang bisa digali. Wilayah Cilegon tidak terlalu luas, penduduk tidak terlalu padat, dengan PAD yang cukup besar, jika potens-potensi tersebut bisa di gali maka berpeluang lebih besar,” paparnya.
Sementara itu di lokasi yang sama Pengasuh Ponpes Al-Furqon Citangkil KH. Lukman Harun menekankan bahwa jati diri sebuah daerah harus mulai dirumuskan sekarang, agar kedepan Kota Cilegon memiliki identitas budaya moral yang akan menjadi acuan dalam setiap kebijakan pemerintah daerah dengan membangun jati diri sebagai sebuah daerah yang memiliki basis budaya, bertolak dari kehidupan berbudaya akan menjadi ekspresi kepribadian yang pada akhirnya akan terbangun sebuah peradaban.
“Pemerintah daerah sudah harus memiliki konsep bagaimana menghadapi era globalisasi yang semakin menggerus nilai-nilai budaya Kita,” tegasnya. [red/dery]