BarometerNews – Manusia hidup itu sebuah proses yang berkelanjutan sampai akhir hayat malaikat menjemput untuk menghadap Sang Khaliq.
Dalam perjalanannya secara kodrati manusia diperintahkan untuk terus berproses tanpa henti, dalam arti bahwa ketika manusia sudah melaksanakan suatu proses aktivitas dalam sebuah agenda atau program kerja, maka manusia diperintahkan untuk segera bergegas untuk melaksanakan pekerjaan yang lain dengan kesungguhan penuh semangat dan tanggungjawab. Hal ini sesuai dengan Perintah Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al Insyirah ayat 7, bahwa Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia : “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”.
Ayat di atas sangat jelas dan gamblang bahwa manusia diperintahkan untuk terus ikhtiar dan berupaya untuk melaksanakan proses berkelanjutan (Sustainabilty Process) disegala bidang kegiatan dan pekerjaan, termasuk dalam hal pekerjaan seorang dosen di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Dosen adalah seseorang yang membidangi salah satu bidang ilmu pengetahuan, seni dan teknologi yang disebarluaskan kepada peserta didiknya yaitu mahasiswa dan juga masyarakat luas lainnya melalui hasil penelitian.
Karir seorang dosen diperguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta sudah terstruktur yang diatur oleh pemerintah, tinggal kita sebagai seorang dosen dapat meraihnya selangkah demi selangkah sehingga baik secara keilmuan maupun jabatan karir dapat dicapai dengan baik.
Akan tetapi kenyataannya diperjalanan banyak juga kendala yang memang harus disikapi dengan penuh kecerdasan yang dilandasi dengan keikhlasan. Banyak permasalahan yang bermunculan dalam mengelola karir dosen melalui capaian Jabatan Fungsional Dosen (jabfungdos), mulai dari informasi yang tidak lengkap, teknik menulis, publikasi, dan kurang adanya tata kelola secara personal, sehingga mengurus Jabfungdos merupakan sesuatu yang sangat sulit, ribet, dan enjelimet, padahal jika kita mau pelan-pelan untuk belajar, belajar, dan belajar Insya Allah selalu ada jalan yang terbaik.
Oleh karena itu melalui artikel yang singkat ini penulis ingin berbagi kepada khalayak khususnya teman-teman dosen yang sedang mentata kelola dalam mempersiapkan jabatan fungsional dosen, tentunya persepsi penulis bersifat teknis yang pastinya masih banyak kekurangan. Seorang dosen tugas utamanya adalah melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu melaksanakan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di sisi lain ada juga tugas tambahan bagi seseorang yang diangkat sebagai pejabat struktural oleh kampusnya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis baik di dalam kampus atau di luar kampus, penulis mendapatkan kesamaan fenomena yaitu rata-rata tata kelola pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi oleh masing-masing personal dosen dikelola belum secara maksimal. Ada yang lebih dari 4 (empat) semester atau 2 (dua) tahun belum mengurus Jabatan Fungsional Dosen (Jafungdos) setatusnya masih Tenaga Pengajar (TP). Ada yang sudah Asisten Ahli (AA) sampai lebih dari 2 (dua) tahun belum mengurus kenaikan jabatan maupun kepangkatan. Ada juga yang sudah Lektor (L) sampai lebih dari 2 (dua) tahun belum mengurus jabatan maupun kenaikan pangkat, dan seterusnya sampai ke Guru Besar.
Penulis melakukan pengamatan sejak jafungdos AA diraih apa penyebabnya dan bagaimana solusinya ?. Seiring berjalannya waktu jawabannya mulai ditemukan dari berbagai program kerja baik dari pemerintah, atau pun di internal kampus (Program Studi, Fakultas dan Lemaga-lembaga lainnya di dalam kampus). Jawabannya sebagai Titik Kunci adalah melaksanakan prinsip proses keberlanjutan (Sustainabilty Process) khussnya dalam mngejar karir dosen.
Melaksanakan prinsip proses keberlanjutan yang dimaksud disini riilnya bahwa ketika dosen itu diangkat berdasarkan SK Ketua Yayasan bagi dosen di perguruan tinggi swasta, maka Terhitung Mulai Tanggal (TMT) SK tersebut, seorang dosen sudah mulai berproses melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat/PKM) bukti sahih dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di dokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga ketika dosen yang bersangkutan minimal sudah 2 (dua) semester melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi berhak mengajukan Jafungdos Asisten Ahli (AA) melalui TIM JAD Prodi dan atau Bagian Kepegawaian di kampusnya masing-masing yang selanjutnya diproses ke LLDIKTI masing-masing wilayahnya. Ketika SK Asisten Ahli, PAK Asisten Ahli dan Inpassing Asisten Ahli sudah terbit, maka dosen yang bersangkutan harus melihat TMT Asisten Ahli. Contoh seorang dosen TMT terbitnya SK AA tanggal 01 Februari 2022, maka sejak tanggal 02 Februari 2022 dosen tersebut SEGERA MULAI MELAKSANAKAN PRINSIP SUSTAINABLITY PROCESS (PROSES KEBERLANJUTAN).
Hasil pengamatan penulis ketika SK Jafung terbit banyak yang istirahat dulu seolah-olah sasaran capaian sudah tercapai. Penulis secara tegas sampaikan bahwa benar sasaran capaian sudah tercapai, akan tetapi Otomatis berlanjut ke program atau pekerjaan berikutnya per Tanggal 02 februari 2022 untuk melaksanakan Tri Dharma PT ke jenjang Lektor (L). Disinilah banyak yang terhambat, terlambat, dan tersendat.
Belum lagi ditengah perjalanan mendapatkan masalah-masalah teknis lainnya seperti kesulitan mendapatkan informasi kenaikan jafung berikutnya, teknis pelaporan penelitian, teknis publikasi, pengelolaan waktu, biaya, tercecernya data laporan hasil pelaksanaan Tri Dharma PT, dan masalah lainya yang harus segera diselesaikan, karena jika kita sudah memutuskan untuk memilih karir dosen, maka kita harus nyebur masuk sepenuh hati kedalam sistem karir dosen. Begitu juga ketika seseorang terbit SK Lektor, maka lihat TMT dan secara otomatis segera berlanjut untuk melaksanakan Tri Dharma PT untuk ke Lektor Kepala, dan juga selanjutnya dari Lektor Kepala bergegas untuk ke Guru Besar (Profesor).
Ada bebarapa turunan dalam melaksanakan prinsip proses keberlanjutan (sustainability process) dalam mengejar karir dosen dan ini sudah dan sedang dilaksanakan oleh penulie.
Prinsip Rajin Menyangkut dan Menanam
Kalimat rajin menyangkul dan menanam memang mudah untuk ditulis, dan mudah untuk diucapkan. Akan tetapi sulit untuk diterapkan jika niat dan keihlasan hati tidak dimunculkan. Penulis ketika masih berdagang banyak hal yang awalnya sebuah perilaku yang tidak direncanakan secara terstruktur.
Misalnya penulis sering menyimpan uang koinan kembalian beli nasi, kembalian belanja sayuran, atau belanja lainnya di kaleng blek bekas kue atau bumbu giling. Ternyata karena sering nyimpen walupun sedikit tetapi dalam satu tahun menakjubkan kaleng blek penuh dengan uang koin dan jumlahnya lumayan cukup besar.
Melihat kejadian ini penulis merenung, seolah tidak percaya mendapatkan uang dari kaleng blek yang cukup besar untuk ukuran penulis pada waktu itu. Sehingga dengan penuh kesadaran mulailah menerapkan dalam segala hal untuk rajin nyimpen. Pada Tanggal 01 Juli 2010 penulis bergabung menjadi dosen di Universitas Pamulang dan mengenal sosok seorang pendidik dan pengusaha, beliau adalah Bapak Dr. (HC). Drs. H Darsono (Ketua Yayasan Sasmita Jaya).
Dalam suatu pertemuan beliau menyampaikan suatu arahan bahwa “ Rajinlah menyangkul dan menanam. Jangan ada sejengkal tanah atau tempat yang kosong, rajinlah menanam Insya Allah peluang memanen besar”. Dari kalimat itu semakin menguatkan penulis bahwa selama ini yang namanya rajin nyimpen, rajin nabung, rajin menanam, rajin menyangkul (bekerja) benar peluangnya besar untuk memanen.
Kaitannya dengan menata kelola bahan untuk jafung, maka kalimat rajin menyangkul dan menanam menurut penulis sangat strategis untuk diterapkan yaitu penulis sebagai dosen untuk berusaha melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Misalnya dalam hal Pengajaran, segera dan terus untuk belajar agar bisa membuat RPS, SAP, Modul Bahan Ajar, dan juga belajar menulis buku. Ketika penulis belajar cara membuat RPS, SAP, belajar menyusun modul dan menulis buku, senyatanya penulis sedang nyangkul, dan sedang menanam. Kemudian penulis mencoba untuk pengembangan SDM, penulis mencari komunitas atau lembaga yang menyelenggarakan seminar, workshop, pelatihan dan sejenisnya. Maka senyatanya penulis sedang menanam.
Begitu juga dengan penulis belajar sebagai penulis ketiga dalam suatu penelitian, itu juga senyatanya sedang menanam. Penulis belajar melaksanakan PKM, belajar memberkas output Tri D harma PT (nyecan, memfolder, dll) itu senyatanya penulis sedang menyangkul dan menanam, dan banyak lagi aktivitas lain dalam menyiapkan berkas, sehingga penulis sampaikan bahwa setiap aktivitas akademik yang diadministrasikan, disimpan dalam bentuk hard file maupun soft file itu semua adalah proses menanam sebagai implementasi dari Sustainabilty Process dalam menggapai karir dosen.
Ada metode lain dalam menyangkul dan menanam, yaitu dengan memiliki tim khusus untuk membantu dalam memberkas dengan drivernya kita sendiri, ini banyak dilakukan oleh teman-teman dosen yang aktivitasnya super sibuk.
Melaksanakan 3 K (Komunikasi, Koordinasi dan Kolaborasi)
Manusia secara kodrati sebagai makhluk sosial harus berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungannya. Dalam rangka menata kelola karir dosen melalui Jafung, dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi banyak kendala dan permasalahan yang penulis hadapi.
Misalnya informasi tentang jafung dari Asisten Ahli sampai Guru Besar seringkali penulis dapatkan kurang lengkap, apalagi ketika ada perubahan kebijakan, otomatis penulis harus melakukan tiga hal, pertama Jalin Komunikasi dengan unit terkait jafung atau dengan dosen senior yang memahami informasi perjafungan. Penulis melakukan komunikasi dengan Tim JAD yang ada di Program Studi home base penulis, penulis juga komunikasi dengan bagian kepegawaian kampus, penulis juga berkomunikasi dengan lintas perguruan tinggi, dengan komunitas profesi (red-misalnya ADI, ISEI, Ikatan Dosen Manajemen, dan lain-lain).
Kedua melakukan Koordinasi dengan unit-unit yang ada di dalam kampus termasuk dengan para pimpinan untuk mendapatkan arahan dan bimbingan terkait bahan-bahan untuk jafung. Dalam melakukan koordinasi senyatanya penulis secara tidak langsung melaporkan diri sedang meningkatkan kinerja penulis sebagai dosen.
Ketiga Kolaborasi, penulis tidak bisa meraih cita-cita sendirian, hal itu karena penulis sejatinya manusia biasa yang memiliki kekuarangan, sehingga penulis wajib melakukan kolaborasi dengan pihak lain. Misalnya ketika penulis penelitian dasar, penulis mengkloning diri dengan dosen senior agar bisa belajar meneliti dan secara administratif nama penulis tercantum dalam laporan penelitian. Ketika sudah mulai memahami penelitian pun penulis tetap berkolaborasi dengan dosen lain baik dosen satu kampus atau dengan dosen kampus lain. Tujuannya banyak, jika membutuhkan disiplin ilmu lain maka ini untuk menguatkan dalam kajian. Termasuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) penulis selalu berkolaborasi baik dengan dosen senior atau pun dosen yunior, kita saling membutuhkan (simbiosis mutualisme).
Penulis juga memanfaatkan kolaborasi kelembagaan (kerjasama), sebagai tindak lanjutnya oleh penulis sebagai dosen baik penelitian atau PKM ini sangat membantu penulis dalam menghasilkan karya. Penulis yakin dan percaya setiap kampus sudah siap dan sudah memfasilitasi, tinggal kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan melaksanakan 3 K (Komunikasi, Koordinasi, dan Kolaborasi) senyatanya penulis sedang menyangkul dan menanam implementasi dari prinsip Sustainability Process dalam mengejar karir dosen.
Tawakal dan Berdoa Menyerahkan Hasil Ikhtiar Kepada Sang Khaliq
Kehidupan di alam semesta ini ada yang ngatur, termasuk kehidupan manusia. Manusia diwajibkan untuk ikhtiar atau berusaha dengan maksimal setelah itu kita pasrahkan hasilnya kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Manusia hanya bisa merencanakan, Allah SWT yang menjadi penentunya.
Dalam segala urusan apa saja manusia hanya bisa mengupayakan, selebihnya ada hal gaib yang tidak bisa dihindari oleh manusia, walaupun sudah terukur tingkat keberhasilannya. Hal gaib itu adalah nasib dan takdir manusia hanya Allah SWT yang menentukan. Sama halnya dengan yang dilakukan penulis, Tri Dharma PT dilaksanakan sesuai jadual, dan outputnya penulis arsipkan, penulis laporkan dan penulis publikasi. Setelah lengkap penulis submit, ketika ada revisi, maka dengan niat yang ikhlas, semangat yang tinggi dibumbui dengan kesabaran, revisi dilakukan sesuai dengan masukannya, ada revisi lagi tetap semangat dan ikhlas, setelah itu penulis pasrahkan sepenuhnya Kepada Allah SWT, penulis berdoa pagi, siang dan seprtiga malam untuk diberikan kemudahan, kelolosan, kemanfaatan, dan keberkahan.
Alhamduliah tanggal 24 Februari melalui aplikasi Selancar PAK penulis mendapat informasi jafung Lektor Kepala (Associate Professor) sudah terbit dan ditandatangani. Prosesnya memang cukup lama, tapi itulah proses membutuhkan waktu lebih kurang 16 bulan dari tanggal 16 Oktober 2020 sampai dengan 30 Januari 2022. Bagi penulis yang sejatinya personal yang berkair sebagai dosen Sustainability Process sudah menjadi sebuah keniscayaan, urgency, dan komitmen untuk memastikan kelangsungan hidup dan kualitas hidup sekarang dan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, mari kita laksanakan Sustainability Process dalam kair dosen dengan maksimal, sungguh-sungguh, fokus, disertai dengan penuh semangat dan keikhlasan agar semua rintangan, tantangan, hambatan, dan beban menjadi ringan, Insya Allah. Allah Ridho memberikan pertolongan kepada hambanya yang berikhtiar maksimal, sabar dan bertawakal kepada-NYa. Allahuma Aamin Ya Robbal’alamin.
Penulis : Udin Ahidin, Dosen Program Studi Manajemen S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang Kota Tangerang Selatan-Banten