Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengklaim, bahwa industri manufaktur atau industri pengolahan masih menjadi menjadi salah satu motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selama periode 2014-2019 dalam kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kontribusi industri pengolahan rata-rata sebesar 20 persen terhadap PBD nasional.
“Kalau kita lihat dari data statistik terakhir, neraca perdagangan nonmigas itu kan positif USD 4,6 miliar. Kemudian kalau kita lihat dari tingkat investasi, terus bertumbuh. Apalagi kita baru menyelesaikan beberapa regulasi terkait pemberian insentif fiskal, seperti tax holiday, mini tax holiday hingga super deduction tax,” kata Airlangga dalam sebuah keterangan tertulis, Sabtu (19/12/19).
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, realisasi investasi sektor industri pengolahan periode 2015 sampai semester I 2019 berhasil mencatatkan total nilai sebesar Rp 1.173,5 triliun.
Salah satu realisasi investasi ini dapat dilihat pada program penumbuhan dan pengembangan industri smelter sampai 2019, dimana terdapat 46 perusahaan yang telah berinvestasi sebesar USD 50,4 miliar dengan penyerapan tenaga kerja langsung lebih dari 64 ribu orang.
Airlangga menyebutkan, kapasitas smelter yang telah dibangun diantaranya stainless steel sebanyak 3,8 juta ton per tahun, baja dasar 6,2 juta ton per tahun, dan paduan logam dasar 4,6 juta ton per tahun.
“Oleh karena itu, pemerintah saat ini bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan kemudahan izin usaha serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal,” ungkap Menperin. [red/Liputan6]